Kemenangan Besar – Kebijakan Perdana Menteri Penjajah Israel, Netanyahu yang menunda gencatan senjata, rupanya menggencet dirinya sendiri. Di saat ia tak mungkin lagi mundur dari genosida yang dikutuk dunia, kini ia harus menghadapi demonstrasi dari ratusan ribu rakyatnya yang meminta dirinya memperhatikan tawanan. Sementara itu, tersiar kabar, sebagian tawanan justru dikabarkan meregang nyawa gegara serangan pasukannya sendiri. Karena tak mungkin lagi mundur, sampai-sampai ia menempuh upaya pelemahan Mahkamah Agung di negaranya sendiri.
Pada 3 September lalu, sebagaimana Al-Jazeera mengabarkan, sekitar ribuan rakyat Israel berkumpul di sekitar kediaman Perdana Menteri Penjajah Israel, Benjamin Netanyahu di Yerusalem. Mereka melancarkan protes padanya lantaran tidak kunjung menandatangani perjanjian gencatan senjata dengan Pejuang Kemerdekaan Palestina. Akibatnya, menghambat kepulangan 90-an anggota keluarga mereka yang menjadi tawanan.
Bahkan, eskalasi demonstrasi kini berkembang jadi mogok kerja umum setelah Pejuang Kemerdekaan Palestina menyerahkan enam jasad tawanannya yang terbunuh oleh serangan pasukan penjajah sendiri. Demi menutupi wajahnya, pihak militer penjajah menerangkan, jika ke-enam tawanan itu memang sudah dibunuh terlebih dulu oleh Pejuang Kemerdekaan sebelum tentara penjajah mencapai mereka. Namun, para demonstran nampaknya tidak peduli dengan kronologisnya, yang penting bagi mereka adalah “jangan sampai bertambah lagi anggota keluarga mereka yang menjadi korban”.
Al-Jazeera merangkum, setidaknya, terdapat 1.240 demonstrasi yang berlangsung di wilayah jajahan Israel, mulai dari yang damai-damai saja, hingga yang berakhir ricuh. 1.016 (82 persen) dikabarkan damai, 116 (9 persen) ada sedikit kerusuhan, dan 108 lainnya sampai-sampai harus melibatkan tekanan kepolisian setempat.
Pada 1 September 2024 lalu, rakyat Israel yang turun ke jalan mencapai puncaknya dengan melibatkan hingga 300.000 orang. Mereka menuntut pemerintah mengubah arah kebijakannya demi menyelamatkan sisa keluarga mereka yang menjadi tawanan. Pada esok harinya (2 September 2024), Histadrut, serikat pekerja terbesar di Israel – mewakili sekitar 800.000 pekerja – menyuarakan pemogokan umum selama satu hari. Gerakan tersebut, bahkan didukung oleh para produsen dan pengusaha utama Israel di bidang teknologi. Akibatnya, kegiatan ekonomi Israel beku selama beberapa jam. Pemogokan baru berhenti setelah pengadilan perburuhan memerintahkan para pengunjuk rasa kembali bekerja, yakni pada 14.30 waktu setempat.
Demi mendukung pemogokan umum tersebut, Bandara Internasional terbesar Israel, Ben Gurion sampai ditutup mulai jam 8 pagi hingga pemogokan dihentikan. Padahal, selama setahun, Bandara tersebut dilalui oleh sekitar 21 juta orang atau sekitar 57.500-an orang perhari. Selain itu, Forum Bisnis Israel, yang mewakili pekerja sektor swasta dari 200 perusahaan terbesar di Israel, bergabung dengan pemogokan. Di dalamnya termasuk dari perusahaan pada industri teknologi, seperti Wix, Fiverr, HoneyBook, Playtika, Riskified, dan Lemonade.
Serikat guru pun terlibat dengan membatasi kegiatan sekolah. Sekolah dari taman kanak-kanak (TK) hingga kelas 12 (SMA) hanya akan beroperasi sampai pukul 11.45, kecual sekolah untuk anak kebutuhan khusus (SLB). Sementara, Asosiasi Kepala Universitas mengatakan, Universtias Riset Israel pun bergabung dan hanya membiarkan aktifitas ujian terjadwal. Perusahaan transportasi terkemukan – termasuk Egged, Dan, dan Metropolin – yang memfasilitasi mobilisasi masyarakat pun mogok dan hanya menyisakan Tel Aviv Light Rail dan sistem kereta bawah tanah, Camelot Haifa.
Bahkan, dalam agenda pemogokan umum ini, Rumah Sakit dan klinik kesehatan menurunkan intensitas layanannya pada kapasitas yang lebih rendah, menyisakan Magen David Adom – medis nasional, badan penanganan bencana, ambulans, dan layanan darah (PMI jika di Indonesia). PLN dan PDAM melakukan yang sama, yakni menurunkan intensitas pelayanan selama pemogokan, hanya layanan pemadam kebakaran dan penyelamatan yang beroperasi.
Puncaknya, kantor pemerintahan kota pun melakukan pengenduran layanan, termasuk Pemerintahan Kota Tel Aviv.
33 Sandera Telah Terbunuh dan Tindakan Ugal-Ugalan Netanyahu
Mengutip Anadolu Agency, pada 2 Desember 2024 lalu, salah satu kelompok Pejuang Kemerdekaan Palestina, Hamas merilis berita melalui sebuah video yang tersebar di aplikasi Telegram. Mereka mengatakan, “33 tahanan Israel (terkonfirmasi) terbunuh dan masih ada beberapa yang keberadaannya belum diketahui. Semua diakibatkan oleh tindakan dan keras kepalanya Perdana Menteri (Penjajah Israel), Benjamin Netanyahu.”
Lewat video tersebut, Hamas juga memperingatkan, Agresi Penjajah Israel yang berkelanjutan hanya akan meningkatkan jumlah korban tewas di antara sandera. Mereka juga menerangkan beberapa rincian insiden yang melatarbelakangi terbunuhnya para sandera. Pertama, empat sandera tewas bersama para penjaganya pada 9 Oktober 2023 dan sembilan sandera lainnya pada 14 Oktober 2023 karena pemboman intensif yang dilakukan oleh penjajah Israel. Satu sandera lainnya, yakni sesama rekan tentara, terbunuh pada 8 Desember 2023 pada momen penyelamatan oleh sesamanya.
Tujuh sandera, masih menurut keterangan Pejuang Kemerdekaan, dilaporkan terbunuh pada 1 Maret 2024, setelah berminggu-minggu kehilangan kontak dengan para penjaga tawanan, sementara tiga lainnya terbunuh pada serangan penjajah Israel pada 9 Juni 2024. Salah satu tawanan, dibunuh oleh penjaganya, dan duan lainnya terluka parah pada bulan Agustus 2024.
Kemudian, pada 2 September 2024, Hamas menyampaikan perkembangan kondisi tawanan. Mereka melaporkan, enam tawanan tewas dalam operasi yang dilakukan penjajah Israel di Rafah. Mayatnya, ditemukan oleh pasukan penjajah sendiri. Pada 21 Oktober 2024, dilaporkan seorang perempuan tewas di Gaza Utara. Sedangkan satu lainnya pada 21 November 2024, lagi-lagi pada momen serangan tentara penjajah.
Menghadapi situasi tersebut, Perdana Menteri Penjajah, Benjamin Netanyahu tak lagi memiliki opsi lantaran situasi yang menjepitnya. Ia hanya bisa melanjutkan pembantaian. Hal itu lantaran, jika ia berhenti atau mundur, pengadilan korupsi menantinya akibat dugaan korupsi kapal perang dari Jerman pada 2022 lalu.
Ia pun terancam tak bisa sama sekali menginjakkan kakinya ke benua Eropa lantaran para pemimpin negara di sana berkomitmen untuk menangkap Netanyahu setelah resmi dinyatakan sebagai buronan akibat genosida yang dilakukannya. Belakangan, terungkap, jika pada gelombang serangan kali ini, rezim Netanyahu memang berencana membantai setengah populasi Gaza, sebagaimana terungkap dari keterangan Menteri Keuangannya, Bazalel Smotrich yang juga berstatus buronan ICC. Untuk melancarkan rencananya, rezim Netanyahu sampai harus melemahkan kewenangan Mahkamah Agung (MA) di pemerintahannya. Sebelumnya, MA Israel dapat membatalkan kebijakan pemimpin negara, namun kini tidak bisa lagi.
Dengan kecanggihan sistem pertahanannya, strategi militernya, penjajah Israel memang terlihat kuat. Namun, Allah Swt. Maha berkuasa, dapat menghancurkan musuhnya dengan cara yang tidak kita duga. Namrud hancur dengan lalat yang masuk ke tubuhnya, Fir’aun ditimpa air di dasar samudera. Israel akan hancur perlahan, disusupkan rasa takut pada pasukannya, rakyatnya dibuat kecewa, dan dihancurkan tata negaranya oleh mereka sendiri. Hasbunallahu wa ni’mal wakiil.