Kemenangan Besar – Seorang tentara Israel menghina Al-Qur’an (maaf) dengan mengencinginya. Dia tak sadar, perilakunya tersebut bisa jadi sebab kehancuran baginya dan sesamanya. Bagaimana tidak, Al-Qur’an merupakan kitab suci dan simbol kehormatan ajaran Islam. Pantaslah, jika Allah Swt. menetapkan hukuman yang keras bagi para penghinanya. Bahkan, dalam konteks peperangan, momen seperti inilah yang selalu Rasulullah Saw. tunggu sehingga mampu meraih kemenangan.
Seorang tentara penjajah Israel dari Batalyon Rotem, Brigade Givati 435, dengan “polosnya” mengunggah foto dirinya (maaf) sedang mengencingi Al-Qur’an di Jabalia, Jalur Gaza. Foto tersebut tercatat diunggah pada 22 Oktober 2024 pukul 17.41 waktu setempat. Qadarullah, foto tersebut, awalnya ditemukan oleh jurnalis Palestina, Younis Tirawi @ytirawi . Berkat tersebarnya foto tersebut, kita jadi semakin yakin bahwa kemenangan Palestina selangkah kian dekat pada kemenangan sekaligus kehancuran penjajah Israel.
Perilaku mengolok-olok Al-Qur’an, sebenarnya sudah sering terjadi, terutama oleh mereka yang dengki terhadap ajaran Islam. Mulai dari orang munafik, yang mengatakan “Menurutku, para qari’ (pembaca Al-Qur’an) kita ini hanyalah orang-orang yang paling rakus makannya, paling dusata perkataannya, dan paling penakut di medan perang”. Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Katsir dari Muhammad bin Ka’ab Al Qurazhi berkaitan dengan Al-Qur’an, surat At-Taubah ayat 65-66,
وَلَىِٕنْ سَاَلْتَهُمْ لَيَقُوْلُنَّ اِنَّمَا كُنَّا نَخُوْضُ وَنَلْعَبُۗ قُلْ اَبِاللّٰهِ وَاٰيٰتِهٖ وَرَسُوْلِهٖ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِءُوْنَ
Jika kamu tanyakan kepada mereka, pasti mereka akan menjawab, “Sesungguhnya, kami hanya bersenda gurau dan bermain-main.” Katakan, “Mengapa kamu selalu mengejek Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya?”
لاَتَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِن نَّعْفُ عَن طَائِفَةٍ مِّنكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ
Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami mema’afkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengadzab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.
Berdasarkan ayat tersebut, ulama mengatakan jika yang melakukannya orang yang mengaku beriman, maka dengan melakukannya, ia dapat divonis murtad dari agama Islam. Terlepas, apakah ia melakukannya dengan serius atau bercanda.
Imam Qadhi Iyadh menegaskan, “Ketahuilah, bahwa orang yang melecehkan Al-Qur’an atau melecehkan mushaf terhadap sebagian isinya, mencelanya, atau mengingkari meskipun satu huruf atau satu ayat saja, mendustakan sebagian isinya, atau mendustakan hukum yang terdapat di dalamnya, menolak ketetapannya padahal ia tahu, atau ragu terhadap sebagian kandungannya, maka orang itu kafir menurut kesepakatan para ulama.” (Asy-Syifa, 2/549).
Dengan murtadnya seseorang, menurut Ahmad Sarwat, maka baginya mengiringi konsekuensi syari’at yang lebih berbahaya lagi. Di antaranya:
- Bagi isterinya, dilarang berdiam bersama suaminya yang kafir, dan mereka harus dipisahkan. Seorang wanita Muslimat tidak sah menjadi isteri orang kafir.
- Bagi anak-anaknya, dilarang berdiam di bawah kekuasaannya, karena dikhawatirkan akan mempengaruhi mereka. Anak-anak tersebut adalah amanat dan tanggungjawab orangtua. Jika orangtuanya kafir, maka menjadi tanggungjawab ummat Islam.
- Dia kehilangan haknya dari kewajiban-kewajiban masyarakat atau orang lain yang harus diterimanya, misalnya ditolong, dilindungi, diberi salam, bahkan dia harus dijauhi sebagai pelajaran.
- Dia harus dihadapkan ke muka hakim, agar djatuhkan hukuman baginya, karena telah murtad.
- Jika dia meninggal, tidak perlu diurusi, dimandikan, disalati, dikubur di pemakaman Islam, diwarisi dan tidak pula dapat mewarisi.
- Jika dia meninggal dalam keadaan kufur, maka dia mendapat laknat dan akan jauh dari rahmat Allah. Dengan demikian dia akan kekal dalam neraka.
Bukan hanya melakukan olok-olok, bahkan dengan “rela” saja, dapat menjerumuskan seorang mukmin pada kekufuran. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam Qur’an, surat An-Nisa ayat 140
وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِى الْكِتٰبِ اَنْ اِذَا سَمِعْتُمْ اٰيٰتِ اللّٰهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَاُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوْا مَعَهُمْ حَتّٰى يَخُوْضُوْا فِيْ حَدِيْثٍ غَيْرِهٖٓ ۖ اِنَّكُمْ اِذًا مِّثْلُهُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ جَامِعُ الْمُنٰفِقِيْنَ وَالْكٰفِرِيْنَ فِيْ جَهَنَّمَ جَمِيْعًاۙ
Sesungguhnya, Allah telah menurunkan ketentuan bagimu di dalam Al-Qur’an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diolok-olokkan oleh orang-orang kafir, janganlah kamu duduk bersama mereka sebelum mereka memasuki topik pembicaraan lain. Kalau kamu tetap duduk dengan mereka, tentu kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya, Allah akan mengumpulkan orang-orang munafik dan orang-orang kafir di Neraka Jahanam,
Hukuman Bagi Kafir Penghina Al-Qur’an
Selanjutnya, bagaimana dengan orang Kafir yang mengolok-olok Al-Qur’an? Kalau kita bercermin dari sejarah, sebenarnya tidak aneh jika orang Yahudi melakukan olok-olok pada ayat-ayat Allah Swt. Dapat dikatakan, mereka adalah kaum yang pengolok-olok yang paling utama. Salah satunya adalah yang terangkum dalam Qur’an surat Al-Baqarah ayat 58-59. Allah Swt. berfirman,
وَاِذْ قُلْنَا ادْخُلُوْا هٰذِهِ الْقَرْيَةَ فَكُلُوْا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ رَغَدًا وَّادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَّقُوْلُوْا حِطَّةٌ نَّغْفِرْ لَكُمْ خَطٰيٰكُمْ ۗ وَسَنَزِيْدُ الْمُحْسِنِيْنَ
Ingatlah, ketika Kami berfirman, “Masuklah ke negeri ini (Baitulmaqdis), dan makanlah semua makanan yang ada di sana sesukamu. Masukilah pintu gerbangnya sambil membungkuk, lalu katakanlah, ‘Bebaskanlah kami dari dosa-dosa.’ Pasti Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu. Kami akan menambah karunia bagi orang-orang yang berbuat kebaikan.”
فَبَدَّلَ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا قَوْلًا غَيْرَ الَّذِيْ قِيْلَ لَهُمْ فَاَنْزَلْنَا عَلَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا رِجْزًا مِّنَ السَّمَاۤءِ بِمَا كَانُوْا يَفْسُقُوْنَ ࣖ
Kemudian, orang-orang zalim mengerjakan hal-hal yang tidak diperintahkan kepada mereka. Maka, Kami turunkan azab dari langit karena mereka berbuat fasik.
Berkenaan dengan ayat tersebut, Ibnu Katsir mengatakan, mereka (orang Yahudi) mengganti perintah Allah Swt. yang menganjurkan kepada mereka untuk berendah diri melalui ucapan dan sikap. Mereka diperintahkan memasukinya dengan bersujud, temyata mereka memasukinya dengan mengesot yakni dengan menggeserkan pantat seraya menengadahkan kepala. Mereka diperintahkan mengucapkan kalimat ‘hittah’, yang artinya “hapuskanlah dari kami dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan kami”. Tetapi mereka memperolok-olokkan perintah tersebut, lalu mereka mengatakannya hinthah fii sya’irah yang berarti “beri kami gandum”.
Perbuatan tersebut sangat keterlaluan dan sangat ingkar. Karena itu, Allah menimpakan kepada mereka pembalasan dan azab sebab kefasikan mereka yang tidak mau taat kepada perintah-Nya. Karena itulah Allah Swt. berfirman: Maka, Kami turunkan azab dari langit karena mereka berbuat fasik (QS. Al-Baqarah: 59).
Pada generasi berikutnya, yakni di zaman Rasulullah Saw. ada Huyay bin Akhthab, kepala suku Yahudi Quraizah. Dia-lah yang memprovokasi kabilah Quraisy dan kebilah-kabilah lainnya untuk menyerbu Madinah dan terjadipalh perang Ahzab atau Khandaq. Sebelum itu, Huyay mengolok-olok salah satu ayat Al-Qur’an, yakni Al-Baqarah ayat 245, yang artinya,
“Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”
Seketika, Huyay mengolok-olok ayat suci itu. Ia lantas berkata, “Bagaimana mungkin Tuhan kita berutang kepada manusia!? Pastilah yang berutang itu miskin, toh biasanya yang miskin berutang kepada si kaya.”
Akibat perilakunya tersebut, Allah Swt. mengazabnya. Yakni, setelah perang Khandaq, Allah Swt. mengirim Rasulullah Saw. dan pasukannya ke benteng Quraizhah. Rasulullah Saw. dan para sahabat mengepung sampai 25 hari dan Allah Swt. susupkan rasa takut pada dada-dada Bani Quraizah. Rasulullah Saw. menghukum Huyay dengan hukuman mati akibat kejahatannya melakukan propaganda dan aktivitas lainnya dalam rangka memusuhi Islam.
Dari semua itu, kita boleh optimis, jika semakin musuh-musuh Islam mengolok-olok Allah Swt. dan Rasul-Nya, maka kemenangan yang dinantikan semakin dekat. Pantaslah Rasulullah Saw. dalam beberapa kali kesempatan pengepungan, selalu menunggu sampai para musuh mengolok-olok karena dengan begitu, Allah Swt. kan turunkan azabnya dan bersamaan dengan itu, kemenangan akan menyertai kaum muslimin. Wallahu a’lam bi shawwab.