Kemenangan Besar – Ketika kita menyuarakan pembelaan untuk Palestina dengan bebasnya, saudara-saudara kita di berbagai negara justru “mencicipi” sensasi perjuangan yang selangkah lebih nyata dengan perjuangan di garis depan. Gara-gara menyuarakan dukungannya, mereka ditangkap oleh polisi. Sedangkan di negara kita, jangankan menangkap, pemerintah kita, bahkan Presiden sendiri yang “memimpin demonstrasinya”.
Mendengar genosida yang dilakukan terus-terusan tanpa henti, hingga hari ini, siapapun yang punya nurani pasti muak. Kekesalan, kesedihan atas derita yang saudara di Palestina rasakan bercampur aduk dengan perilaku menjijikan para penjajah Zionis Israel. Tanpa takut, tanpa malu, terang-terangan mereka membunuh anak kecil layaknya menembak objek tak bernyawa. Wajar saja, jika kita ingin menyuarakan pembelaan atas masyarakat Palestina.
Namun, ternyata, untuk menyuarakan saja, saudara-saudara kita di belahan dunia justru dibungkam. Ibarat kata, ingin buang (maaf) reak, tapi harus ditelan lagi. Sungguh menjijikan dan menyebalkan. Itulah kenyataanya. Saudara “sesama manusia” di Inggris, di Amerika, di beberapa Eropa lainnya dipaksa mundur oleh pemerintahannya yang tersandera Zionis Israel.
Beruntunglah kita menjadi warga Indonesia, Presiden kita saat ini, Prabowo Subianto, dalam pidato pertamanya di hari pelantikannya bahkan menegaskan dukungan penuh terhadap kemerdekaan Palestina. Bukan sekadar damai antara Israel dan Palestina, namun “kemerdekaan Palestina”. Artinya, keberpihakan penuh pada Palestina.
“Kita punya prinsip kita harus solider, kita harus membela rakyat-rakyat yang tertindas di dunia ini. Karena itu kita mendukung kemerdekaan rakyat Palestina,” ucap Presiden Prabowo pada pidato pertamanya usai Pengucapan Sumpah sebagai Presiden Republik Indonesia di Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD, Jakarta, pada Minggu, 20 Oktober 2024.
Pembungkaman di Negara Pengusung Kebebasan Bersuara
Mengacu pada data statistik yang dikumpulkan oleh acleddata.com, secara global, terdapat kurang lebih 4.200 perhelatan demonstrasi di seluruh dunia. Dari total jumlah tersebut, terdapat 3.700 demonstrasi pro Palestina (90%) dan sekitar 520 demonstrasi pro Israel (13%). Dengan rincian, lebih dari 600 demontrasi di Amerika Serikat, 170 demonstrasi di wilayah Jerman, dan sekitar 1.400 demonstrasi di Timur Tengah dan Afrika Selatan.
Fakta menarik lainnya ialah, meski di Timur Tengah hingga Afrika Utara demonstrasinya terbanyak, namun relatif damai. Sedangkan di Amerika, terdapat 60 demonstrasi yang antara pendukung Palestina maupun pendukung Zionis Israel yang saling berhadapan atau saling menandingi. Sedangkan di Jerman, demonstrasi bahkan diwarnai dengan kerusuhan antara petugas kepolisian dan demonstran pro Palestina, bahkan ratusan demonstran harus ditangkap petugas dalam beberapa hari kerusuhan.
Sumber lain, yakni Al-Jazeera.com, mengatakan bahwa di Amerika juga terjadi penangkapan terhadap demonstran Pro Palestina. Ada sekitar 108 demonstran di sekitar Univesitas Clumbia, New York, Amerika Serikat yang ditangkap oleh kepolisian setempat, bahkan beberapa mahasiswa yang mengikuti sampai di-skors akibat aktivitasnya. Demonstrasi di sekitar salah satu kampus bergengsi di Amerika Serikat ini juga lumayan menjadi sorotan lantara para demonstran sampai membangun tenda di wilayah kampus.
Wali Kota New York beralasan, tindakan tersebut dilakukan lantaran tindakan para mahasiswa ini dinilai sudah berlebihan. Padahal, tindakan Mahasiswa itu wajar, bahkan cukup halus dibandingkan pembantaian yang dilakukan oleh Zionis Israel, sedangkan Amerika Serikat malah mendukungnya terang-terangan. Sedangkan, demonstran di London berusia 27 tahun ditangkap karena dinilai mendukung “kelompok teroris hamas”. Padahal, sudah jelas, hamas merupakan salah satu faksi pejuang kemerdekaan Palestina.
Beruntungnya Kita
Saudara kita di negara-negara yang mengagungkan kebebasan berekspresi dan bersuara, justru dibungkam. Namun, di negara-negara Timur Tengah maupun Afrika Utara, termasuk Indonesia relatif damai, lantara memang pemerintahnya cenderung berpihak pada Palestina, hanya masih ada “tembok penghalang transparan” sehingga belum ada kekuatan lebih untuk bertindak lebih. Namun, setidaknya selaku warga negara, kita bebas menyuarakan keberpihakan kita, kekesalan kita pada Zionis Israel tanpa perlu khawatir.
Hal itu bisa terjadi lantaran, Pemerintahnya sendiri yang memimpin demonstrasi di meja-meja konferensi Internasional.
Salah satunya pidato dari representasi pemerintahan Indonesia, dalam hal ini Wakil Menteri Luar Negeri, Anis Matta. Pidato ini mengundang kekaguman banya masyarakat Indonesia. Pidato ini dinilai mewakili hati nurani masyarakat Indonesia. Videonya, bisa kita lihat di kanal YouTube Anis Matta dan mendapatkan jumlah tontonan lebih dari 13.000 kurang dari satu hari sejak diposting. Beliau menyemapaikannya dalam kesempatan KTT Luar Biasa Arab-Islam. Pesan yang disampaikan masih sama, yakni dukungan penuh kepada Palestina yang mengalami panjajahan.
Dalam pidatonya, Anis Matta mendeskripsikan KTT ini sebagai pertemuan penting yang dapat dioptimalkan untuk merespon krisis kemanusiaan di gaza. Ia menekankan, seluruh dunia menjadi saksi atas penderitaan yang kini dialami oleh saudara kita di Palestina, khususnya anak-anak dan perempuan yang menjadi korban pembantaian.
“Dan apakah kita hanya akan menjadi saksi atas kematian nurani kemanusiaan dan semangat solidaritas Islam, terhadap korban peperangan karena kebisuan dan ketidakmampuan kita?,” ujar Anis Matta dalam Bahasa Arab, mengutip Instagram KBRI Riyadh, Selasa (12/11/2024).
Setelah itu, Anis Matta juga menyampaikan langkah-langkah nyata untuk Palestina, yakni”
1. Meningkatkan upaya dan diplomatik untuk mengakhiri peperangan di Gaza dan Libanon
2. Mengerahkan dukungan masyarakat Arab dan Muslim dengan membuka seluruh saluran resmi untuk bantuan kemanusiaan ke Palestina.
3. Menggalang dukungan global untuk kemerdekaan Palestina, salah satunya dengan mengisolasi Israel dari pergaulan global dan mencabut keanggotaannya di PBB
4. Pemutusan hubungan ekonomi dengan Israel, serta perusahaan-perusahaan yang terkait dengan Zionisme Global.
5. Penolakan normalisasi hubungan dengan Israel dan mengajak negara-negara Islam meninjau kembali hubungan diplomatik dengan Israel sesuai dengan Prinsip Inisiatif Perdamaian Arab (Arab Peace Initiative)
Anis Matta kemudian menutupnya dengan pernyataan bahwa Indonesia pun sama-sama lahir dari penjajahan, kolonialisme, dan penindasan sehingga menghayati sepeunuhnya penderitaan Palestina.
“Tidak ada makna bagi kemerdekaan dan kebebasan kami, jika Palestina tidak merdeka dan bebas,” tegas Anis Matta.
Kemudian, pidato ditutup dengan do’a agar para syuhada palestina dimuliakan, Palestina meraih kemerdekaan, hingga KTT selanjutnya bisa dilaksanakan di Al-Quds As-Syarif.
“Kita semua Palestina, kita semua Palestina, kita semua Palestina,” pungkasnya
Dengan begitu, semakin jelas keberpihakan negara kita Indonesia, bukan sebatas adanya perdamaian di Timur Tengah, kecuali harus dimulai dengan kemerdekaan Palestina dari penjajahan Israel. Artinya, kita selaku masyarakat Indonesia, bebas menyuarakan dukungan kita bagi Palestina. Pemimpin negara ini sudah mencontohkan, mari kita ikuti perjuangan dengan terus “bersuara”.