Kemenangan Besar – Bayangkan, seandainya Zionis Israel dan Amerika kita biarkan menang, apa kira-kira yang terjadi pada kita? Sedangkan kini, Israel kini mulai meluaskan daerah jajahannya ke Libanon. Apa yang akan terjadi berikutnya? Sedangkan kita semua dapat melihat dengan keyakinan penuh, apa yang mereka lakukan saat ini, yakni pembantaian atau genosida. Namun, mereka masih dapat mengatakan apa yang mereka lakukan adalah perbuatan terpuji; “melawan terorisme”.
Mari kita sedikit putar ulang sejarah dunia, di mana perang dunia kedua akhirnya berakhir. Dinyatakan, yang menjadi pemenang pemenang perang adalah Amerika dan Uni Soviet. Setelah itu, keduanya berebut pengaruh siapa yang lebih kuat demi menentukan siapa yang membawa arah zaman ke depannya. Hasilnya, Uni Soviet pecah, dan Amerika Serikat menjadi pemenangnya. Akibatnya, sistem yang mengatur dunia saat ini, semua mengacu pada sistem yang dibentuk oleh Amerika Serikat, baik sistem pemerintahan, politik, hukum, hingga ekonomi.
Pertanyannya, apa hubungannya sejarah hasil perang dunia kedua dengan “peperangan” yang ada di Palestina saat ini? Bukankah peperangan saat ini hanya antara Israel dan Palestina? “Kita kan jauh, aman laah”. Menurut penulis, Zionisme ini merupakan wabah, ibarat wabah covid 19, yang awalnya hanya di Wuhan, China, namun akhirnya menyebar juga ke seluruh dunia. Perilaku mereka, sedikit demi sedikit menggerus rasa kemanusiaan kita.
Mari kita lihat, bagaimana pengaruh penjajahan Zionis Israel pada Palestina saat ini, terhadap dunia melalui kacamata seorang kolumnis The New Yorker, Robin Wright. Ia merangkum berbagai fenomena global yang tertaut dengan apa yang terjadi di Palestina hari ini.
Terlepas dari framing yang dilakukan oleh Robin, di sini, penulis berusaha menguraikan fakta-faktanya saja. Kemudian, juga sebagai catatan, tulisan yang ia buat ini sifatnya ramalan. Namun, penulis akan berusaha menyesuaikannya dengan fakta-fakta yang ada saat ini. Penulis hanya mengambil kerangkanya saja sebagai acuan dalam menyatakan bahwa apa yang terjadi di Palestina berdampak secara global.
Menurutnya, ada beberapa dampak besar dari “peperangan” yang terjadi di Palestina hari ini. Yang pertama, menurutnya adalah “gejolak” ekonomi. Katanya, mengutip Bank Dunia, apa yang yang terjadi di Palestina hari ini dapat memicu “kejutan” ekonomi global, termasuk harga minyak, yang pada akhirnya berefek domino pada harga-harga komoditas. Ibu-ibu di dapur, penulis yakin dapat merasakannya, mulai dari harga daging ayam yang terus naik, harga beras naik, dan seterusnya.
Kedua, secara militer, ia mencatat bukan sekadar pasukan Israel yang terlibat dalam peperangan. Tahun lalu, kita semua dapat menemukan informasi, bahwa Amerika Serikat terlibat bukan saja sebagai penyokong dana, namun sempat mengirimkan kapal induknya ke pantai lepas Palestina. Kemudian, dalam peperangan ini juga, Iran, Yaman, pun Libanon sempat terlibat dalam pusaran melalui kekuatan militernya.
Ketiga, secara politis. Kita dapat melihat, dunia kini sudah terpolarisasi antara pro-Palestina dan pro-Israel, baik secara institusi negara, maupun masyrakat secara umum. Kita dapat melihatnya melalui media massa, maupun media sosial, di mana banyak orang terlibat dalam “peperangan” ini, meski tidak secara langsung. Demonstrasi-demonstrasi di Amerika bahkan memperlihatkan nuansa konflik yang nyata, di mana pro-Israel dan pro-Palestina berhadap-hadapan. Namun, karena Amerika Serikat pro Israel, kita dapat menemukan berita penangkapan para demonstran pro-Palestina.
Keempat, calon penguasa dunia yang baru, dalam hal ini, diperkirakan China. Amerika Serikat, terlibat langsung dengan dua “proyek” besar, yakni di Ukraina dan Palestina, yang akhirnya berdampak pada bergejolaknya Ekonomi-Politik di sana. Sementara Rusia merupakan pihak yang berperang dengan Ukraina. Melihat negara-negara besar pada terlibat dalam peperangan, kita dapat melihat China duduk manis, dan fokus menyebarkan pengaruh politiknya, terutama di kawasan negara berkembang. Selain melalui kebijakan ekonominya, kini China juga menggunakan momen hari ini untuk menarik simpati, negara-negara berkembang, yang memang cenderung pro-Palestina.
“Banyak negara Global South bersimpati kepada Palestina, dan perang tersebut merupakan isu yang dapat digunakan Tiongkok untuk memobilisasi dukungan bagi kepemimpinannya di negara-negara berkembang,” tulis Ahmed Aboudouh, seorang peneliti di Chatham House di London, pada tanggal 25 Oktober. Tujuan jangka panjang Beijing, katanya, adalah untuk “merendahkan” kedudukan global Washington dengan memanfaatkan simpati terhadap Palestina di seluruh dunia. “Hal ini pada gilirannya membantu memenangkan dukungan bagi posisi Tiongkok pada isu-isu inti seperti Xinjiang dan Taiwan—dan bagi visi Xi [Jinping] tentang tata kelola global.”
Dari fakta-fakta tersebut, penulis berharap, kita bisa memperoleh gambaran bagaimana pengaruh “peperangan” yang ada di Palestina, terhadap dunia global, termasuk pada kita semua. Selanjutnya, mari kita lihat, bagaimana sebenarnya ambisi Israel di masa depan? Sebagai pengingat, siapa yang menjadi pemenang pada peperangan hari ini, akan berpengaruh pada peta kekuatan di masa depan, termasuk soal sistem yang diadopsi secara global di masa yang akan datang, apakah sistem yang sudah terinstall saat ini, yakni yang berbasis pada Liberal-Kapitalis, Sosial-Komunis, atau ada yang baru?
Ambisi Israel di Kawasan Timur Tengah
Chas Freeman, manta duta besar Amerika Serikat untuk Arab Saudi, memaparkan sekaligus memberikan peringatan pada kita, soal sejauh mana Israel ingin melakukan ekspansinya. Hari ini, pencaplokan wilayah, sudah mencapai wilayah Libanon. Ternyata, menurut Freeman, Israel ingin mengusai negara-negara di Timur Tengah. Banyak sumber menyebutkan, bahwa Lencana Militer yang dikenakan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF), menunjukkan simbol Israel Raya, yang mencakup sebagian Mesir, Arab Saudi utaram Seluruh Yordania, Suriah, Lebanon, dan Sampai Sungai Eufrat di Irak.
Ia mengingatkan, bagi kaum Zionis religius, tanah tersebut merupakan “tanah yang dijanjikan” Tuhan pada orang-orang Yahudi. Padahal, kenyataanya, mereka tidak berhak atas tanah tersebut karena mereka dulu tidak mau durhaka pada Nabi mereka, bukannya berjuang tapi, dengan kurang ajarnya, mereka menyuruh agar Nabi Musa As. dan Nabi Harun As. berjuang sendiri “bersama Tuhanmu”. Al-Qur’an, mengabadikannya dalam surat Al-Maidah ayat 24. Allah Swt. berfirman,
قَالُوْا يٰمُوْسٰٓى اِنَّا لَنْ نَّدْخُلَهَآ اَبَدًا مَّا دَامُوْا فِيْهَاۖ فَاذْهَبْ اَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَآ اِنَّا هٰهُنَا قٰعِدُوْنَ
Mereka berkata, “Wahai Musa, sesungguhnya kami sampai kapan pun tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya. Oleh karena itu, pergilah engkau bersama Tuhanmu, lalu berperanglah kamu berdua. Sesungguhnya kami tetap berada di sini saja.”
Artinya, sebenarnya, tidak ada alasan yang bisa menjadi “pembenaran” atas penjajahan yang mereka lakukan saat ini, kecuali hanya khayalan belaka. Yang ada dalam kitab mereka merupakan ayat yang dibuat-buat demi kepentingan ekonomi-politik belaka.
Menyikapi realitas tersebut, Presiden Turki, Erdogan mengatakan hal serupa dan menurutnya, satu-satunya langkah yang dapat membendung terorisme Israel adalah koalisi antara negara-negara Islam. Dalam hal ini, Erdogan memaparkan, pemerintahannya sedang menjajaki normalisasi hubungan dengan Mesir dan Suriah. Sebagai dikutip Republika dari Younews yang merupakan media partisan Garda Revolusi Iran.
Kemenangan Palestina
Meski Israel dan Amerika Serikat terlihat masih saja jumawa sampai hari ini, meski nampak kuat, kerapuhan dalam negeri mereka terkuak dalam berbagai liputan media. Demonstrasi di Israel, gejolak di Amerika Serikat. Bahkan, kita juga dapat menemukan berita beberapa tentara Israel yang memilih bunuh diri ketimbang diterjunkan kembali ke Gaza, Palestina. Jiwa mereka rapuh, lebih rapuh dari sarang laba-laba. Kita melihat mereka kokoh, kuat, namun sejatinya mereka rapuh. Sebagaimana termaktub dalam QUr’an, surat Al-Hasyr ayat 14. Allah Swt. berfirman,
لَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ جَمِيْعًا اِلَّا فِيْ قُرًى مُّحَصَّنَةٍ اَوْ مِنْ وَّرَاۤءِ جُدُرٍۗ بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيْدٌۗ تَحْسَبُهُمْ جَمِيْعًا وَّقُلُوْبُهُمْ شَتّٰىۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُوْنَۚ
Mereka tidak akan memerangi kamu (secara) bersama-sama, kecuali di negeri-negeri yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antar sesama mereka sangat hebat. Kamu mengira bahwa mereka itu bersatu, padahal hati mereka terpecah belah. Hal itu disebabkan mereka kaum yang tidak berakal.
Di sisi lain, meski Palestina hari ini terlihat hancur lebur, korban terus berjatuhan, namun jiwa-jiwa mereka terjaga kokoh, berkat keimanan mereka pada janji Allah Swt. yang termaktub dalam Al-Qur’an. Bagi mereka yang beriman, mati dalam keadaan syahid adalah baik. Namun, jikalau Allah Swt. masih memberikan kesempatan mereka hidup, kemenangan bagi mereka sudah Allah Swt. jamin dalam Al-Qur’an, yakni dalam Qur’an, surat Al-Isra ayat 4-5. Allah Swt. berfirman,
وَقَضَيْنَآ إِلَىٰ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ فِى ٱلْكِتَٰبِ لَتُفْسِدُنَّ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا
Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar”.
فَإِذَا جَآءَ وَعْدُ أُولَىٰهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَّنَآ أُو۟لِى بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُوا۟ خِلَٰلَ ٱلدِّيَارِ ۚ وَكَانَ وَعْدًا مَّفْعُولًا
Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.
Terkait “kerusakan pertama”, beberapa sumber menyebutkan, bahwa yang dimaksud adalah pembangkangan mereka terhadap Nabi-Nabi yang Allah Swt. utus untuk mereka. Mulai dari menuduh Nabi Sulaiman kafir. Kemudian, mereka juga dikabarkan dalam Al-Qur’an, membunuh Nabi Azkaria As. dan putera beliau, Nabi Yahya As. Sedangkan, kerusakan kedua yang dimaksud pada ayat ini adalah pada zaman ini. Artinya, setelah itu, yang tersisa bagi mereka adalah kehancuran.
Artinya, jika dampak dari apa yang menimpa saudara kita ini, mau tak mau akan menjadi ujian bagi dunia. Hal itu, berimplikasi pada kenyataan, kita mau tak mau harus terlibat dalam “peperangan” hari ini, apapun bentuknya. Tinggal kita memilih, apakah mau berpihak pada Zionis Israel dan Amerika yang kita bisa melihat kekejaman mereka atau pada Palestina. Tidak ada opsi abstain karena tidak berpihak artinya membiarkan genosida yang terus terjadi sampai hari ini. Kalau Anda ragu berpihak pada siapa, Al-Qur’an memberikan “bocoran” siapa yang akan hancur. Mereka yang beriman, seyogyanya, yakin dengan janji Allah Swt. tanpa keraguan sedikitpun. Mau kita tierlibat atau tidak, ketentuan Allah Swt. pasti berlaku.
Melihat dampak dari apa yang terjadi hari secara global, artinya, besar kemungkinan hasil akhirnya nanti akan berdampak secara global pula. Kita mungkin tak tahu berapa lama hingga garis finish itu tiba, namun setidaknya kita tahu siapa pemenangnnya.