Kemenangan Besar – Bila kita bersedih dengan saudara kita karena luka-luka yang mereka alami, ketahuilah para tentara penjajah Israel pun mengalaminya. Bedanya, kaum Muslimin yang terluka, merasa luka tersebut seolah-olah sarana untuk mengetag sekavling surga, sedang bagi tentara Israel, cacat yang mereka alami justru menjadi “neraka” yang menyiksa mereka di dunia.
Berkaca pada sejarah, kemenangan dan kekalahan dalam peperangan merupakan hal yang mesti terjadi, pun menjadi korban apakah dengan jiwa atau dengan luka, pun pasti terjadi. Jangankan kita, sahabat di zaman Rasulullah Saw (yang notabene kekasih Allah Swt.) mengalami luka yang sama seperti kita, bahkan Rasulullah Saw. sendiri mengalaminya. Artinya, terlepas ia kafir atau mukmin, luka dalam peperangan adalah keniscayaan. Sebagaimana firman Allah Swt. Qur’an surat Ali Imran ayat 140,
إِن يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ ٱلْقَوْمَ قَرْحٌ مِّثْلُهُۥ ۚ وَتِلْكَ ٱلْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ ٱلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَيَتَّخِذَ مِنكُمْ شُهَدَآءَ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلظَّٰلِمِينَ
Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,
Kalau kita tengok sejarah umat ini, kita akan menemukan kemenangan gilang gemilang kaum Muslimin dalam perang Badr, tentunya dengan izin Allah Swt. Para tokoh musyrikin Quraisy, seperti Abu Jahal, Umayyah bin Khalaf, Syaibah bin Rabi’ah, Utbah bin Rabi’ah terbunuh dalam perang ini. Pun, beberapa sahabat Rasulullah Saw., di antaranya Ubaidah bin al-Harits, Umair bin al-Hammam, Dzusy Syimalain bin Abdu Amr, Aqil bin al-Bukair. Namun, pada kesempatan itu, yang menang kaum Muslimin karena yang simbol Musyrik Quraisy banyak yang mati.
Sedangkan pada kesempatan berikutnya, yakni pada perang Uhud, kaum Muslimin harus menelan pil pahit. Karena ada kelalaiaian pada perintah Rasulullah Saw dari sebagian pasukan, Allah Swt menetapkan kekalahan bagi kaum Muslimin. Di sinilah, Allah Swt. mempergilirkan kemenangan dan kekalahan. Dengan begitu, Allah Swt. menyingkapkan beberapa orang munafik yang hanya mau ikut saat menangnya saja. Hanya, bagi kaum muslimin yang gugur pada kesempatan itu, Allah Swt. berikan kabar gembira dengan pahala syahid.
Pun, pada kesempatan kali ini, luka dalam peperangan atau perjuangan bagi rakyat Gaza merupakan hal niscaya. Di sini kita akan melihat, bagaimana kebenaran Islam dengan sistem kepercayaannya memberikan kekuatan ketika mereka harus kehilangan. Sebaliknya, bagi tentara penjajah, kehilangan yang mereka alami melemahkan mereka. Kaum Muslimin di Gaza adalah orang-orang yang terbina sehingga “mencintai kematian layaknya para penjaah Israel mencintai kehidupan”.
Dalam Qur’an, surat Ali Imron ayat 169-171, Allah Swt. berfirman,
قال الله تعالى: وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (169) فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (170) يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ [آل عمران/169- 171]
“Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Sebenarnya, mereka itu hidup dan dianugerahi rezeki di sisi Tuhannya. Mereka bergembira dengan karunia yang Allah anugerahkan kepadanya dan bergirang hati atas (keadaan) orang-orang yang berada di belakang yang belum menyusul mereka, yaitu bahwa tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia dari Allah dan bahwa sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang mukmin ”
Kemudian, dari Anas Ra, dari Nabi Saw, beliau bersabda,
«مَا أَحَدٌ يَدْخُلُ الجَنَّةَ يُحِبُّ أَنْ يَرْجِعَ إلَى الدُّنْيَا وَلَهُ مَا عَلَى الأَرْضِ مِنْ شَيْءٍ إلا الشَّهِيدُ يَتَمَنَّى أَنْ يَرْجِعَ إلَى الدُّنْيَا فَيُقْتَلَ عَشْرَ مَرَّاتٍ لِمَا يَرَى مِنَ الكَرَامَةِ». متفق عليه.
Dari Anas Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : beliau bersabda, “Tiada seorangpun yang telah masuk surga lalu ingin kembali ke dunia untuk memperoleh sesuatu yang ada di dalamnya kecuali orang yang mati syahid (syuhada). Dia berharap untuk kembali ke dunia sehingga terbunuh kembali (sebagai syahid) sebanyak sepuluh kali, karena apa yang didapakannya dari kemuliaan (bagi para syuhada).” (Muttafaq ‘alaihi)
Mencicipi Neraka Buatan Tangan Sendiri
Tak ada kehilangan yang paling berharga kecuali kehilangan nyawa alias mati. Namun, orang-orang beriman, justru mengidamkannya lantaran yakin kehidupan penuh dengan nikmat di sebaliknya yang mustahil dapat dibandingkan dengan senikmat-nikmatnya fasilitas dunia. Jika yang hilang itu sebagian anggota tubuh, mungkin bisa jadi terasa “worth it” bagi mereka karena mereka dapat mencium aroma mati syahid setiap saat. Sebaliknya, bagi orang-orang penjajah Israel, entah bagaimana sistem kepercayaan mereka, entah mereka meyakini adanya kehidupan setelah kematian, namun, mereka begitu menderita dengan kehilangan yang mereka alami, seolah-olah mentok di kehidupan dunia.
Sebagaimana dilaporkan oleh Middle East Monitor, sekitar 10.059 tentara penjajah Israel terluka sejak awal genosida yang mereka lakukan di Gaza pada bulan Oktober 2023. Padahal, sebelum masa itu, penjajah Israel harus menanggung beban perawatan 62.000 tentaranya. Ini termasuk 35 persen yang menderita masalah psikologis, 37 persen menderita cedera pada anggota badan mereka, sementara 68 persen dari mereka yang telah cacat dalam perang saat ini adalah tentara di pasukan cadangan, 51 persen di antaranya berusia 18-30 tahun dan 31 persen berusia 30-40 tahun.
Sejumlah besar tentara – 2.800 – telah mengalami kerusakan psikologis sebagai akibat dari perang, termasuk kecemasan, depresi, gangguan stres pasca-trauma, kesulitan beradaptasi dan kesulitan berkomunikasi dengan orang lain. Lebih dari 3.700 orang menderita cedera pada anggota badan mereka, 192 menderita cedera kepala, 168 menderita cedera mata, 690 menderita cedera tulang belakang, dan 50 tentara mengalami amputasi anggota badan.
Departemen Rehabilitasi mengharapkan bahwa pada tahun 2030, departemen tersebut akan merawat sekitar 100.000 tentara cacat, 50 persen di antaranya akan menderita gangguan psikologis. Bahkan, saking beratnya beban psikologis yang mereka alami, Anadolu Ajansi melaporkan sekitar 28 tentara penjajah Israel melakukan bunuh diri sejak Oktober 2023. Sampai-sampai, untuk mencegah bertambahnya pelaku bunuh diri, penjajah Israel harus menyediakan tambahan staff kesehatan mental.
Penderitaan yang mereka alami sebenarnya layak bagi mereka karena mereka sendiri yang menciptakan “neraka” itu. Rakyat Palestina, kalau-pun menyerang tentara penjajah adalah sebentuk pertahanan diri atas penjajahan yang berpuluh tahun mereka lakukan. Senjata mereka adalah senjata tercanggih di dunia, sedangkan senjata pejuang kemerdekaan Palestina merupakan hasil dari “mulung” dari bekas-bekas peperangan dan dibawa ke Palestina dengan cara yang amat sulit.
Kita dapat menganggap jika apa yang para tentara Israel itu alami sebagai peringatan dari Allah Swt. sebelum mereka harus tersiksa di neraka yang sebenarnya. Dalam Qur’an, Allah Swt. melaknat orang-orang Yahudi karena terang-terangan menentang-Nya dengan mendeklarasikan Allah Swt. memiliki anak. Dalam Qur’an, surat At-taubah ayat 30-31, Allah Swt. berfirman,
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ۖ ذَٰلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ ۖ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ ۚ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ ۚ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ﴿٣٠﴾اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَٰهًا وَاحِدًا ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putra Allah” dan orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putra Allah”. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka;bagaimana mereka sampai berpaling?. Mereka menjadikan orang-orang alimnya, dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”
Kecuali mereka bertaubat sebelum matinya, ancaman ini akan tetap berlaku buat mereka. Siksaan berupa kesulitan karena hilangnya anggota tubuh hari ini, ibarat nyicipin siksaan yang sebenarnya. Na’udzubillahi min dzaalik.
Nabi Shalallahu alaihi wa sallam bersabda:
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلاَ نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
“Demi dzat yang jiwa Muhammad ditangan-Nya. Tiada seorang-pun dari umat ini yang mendengar seruanku, baik Yahudi maupun Nasrani, tetapi ia tidak beriman kepada seruan yang aku sampaikan, kemudian ia mati, pasti ia termasuk penghuni neraka“. (Hadits Riwayat Muslim no.153 dalam kitabul Iman)